Kamis, 21 November 2024 04:16 WIB

Daerah

Layangkan Kritik dan Beri Solusi Masa Depan, Garin Yudha Primaditya Siap Berbagi Pengalaman Kesuksesan

Redaktur: M. Yusuf
| 938 views

Garin Yudha Primaditya, berbagi kiat menjadi pengusaha di Universitas Buana Perjuangan Karawang. (Istimewa)

Samarinda, Afiliasi.net - Badan Kesehatan Dunia (World Health Organisation (WHO) memasukkan kecanduan game ke dalam daftar penyakit dalam laporan International Classification of Diseases edisi 11 (ICD-11). Dengan demikian, kecanduan game resmi masuk sebagai gangguan kesehatan jiwa.

Dalam penelitian prevalensi kecanduan game dengan mengambil sampel di sekolah-sekolah di Manado, Medan, Pontianak, dan Yogyakarta pada 2012. Ditemukan bahwa ada 45,3 persen dari 3.264 siswa sekolah yang bermain game online selama sebulan terakhir dan tidak berniat untuk berhenti.

Di Indonesia kebiasaan bermain game online kini merambah sangat cepat, khususnya lingkungan kaum milenial. Bahkan sebagian besar milenial berambisi menjadi game online sebagai lapangan kerja utaman

Kondisi itu membuat Garin Yudha Primaditya, selaku pemuda merasa sangat prihatin. Dirinya khawatir dengan nasib bangsa di masa depan.

Garin Yudha Primaditya dengan kerja kerasnya berhasil membangun usaha yang membuat dirinya berkembang menghasilkan lapangan pekerjaan di Samarinda bahkan Kaltim. Selain itu saat ini ia juga mampu berkarir di kancah politik dengan menjadi salah satu kader Partai Gerindra dan anggota sayap partai Gerindra, TIDAR.

“Partisipasi anak muda di zaman 5.0 sekarang ini, semakin hari semakin mengkhawatirkan. Sebab, kebanyakan anak muda yang saya temui adalah anak muda yang masih pada zona nyaman mereka. Mereka lebih asik bergelut dengan game online mereka,” ujarnya kepada awak media, Jumat 25 Maret 2022.

Pria yang akrab disapa Garin itu berfikir seharusnya waktu untuk bermain game online itu digunakan lebih bijak. Tentunya, mereka harus memikirkan strategi agar bisa mendapatkan uang. Misalnya dengan berkumpul dengan teman-teman mereka, lalu membuat plan bisnis dalam lingkup kecil maupun besar.

“Saya tidak nyaman melihat fenomena ini. Kita sebagai generasi muda harus mempersiapkan diri mulai sekarang. Karena itu, saya mencoba membangun sebuah wadah inkubasi bersifat organisasi di Samarinda. Kami memberi nama organisasi itu Samarinda Muda,” ungkapnya.

Organisasi itu merupakan wadah bagi anak muda, untuk berdiskusi mengenai peluang usaha. Ia ingin menekankan kalau berwirausaha itu tidak melulu tentang pendanaan saja. Karena sebenarnya, modal utama adalah pokok pikiran dan kebiasaan prilaku sekitar dengan masyarakat.

“Dulu awal saya merintis usaha juga pake Hp (handphone). Lalu membuat beberapa sosial media dan perlahan-lahan mempromosikan dengan teman-teman sekitar. Sehingga mempunyai modal untuk biaya marketing. Sampai pada suatu ketika saya bisa mengendorse banyak orang,” ungkap pria kelahiran 1993 itu.

Hanya saja, karena ia selangkah lebih dari anak muda lainnya, motifasi yang diberikan tidak hanya sekedar omongan saja. Melainkan, ia memberikan modal usaha sebesar Rp 5 sampai 10 Juta untuk satu sampai tiga kelompok. Tentu, itu melalui seleksi yang diberikannya.

“Saya pasti memberikan contoh pengalaman yang saya rasakan. Saya juga saya ingin anak muda dapat berperan aktif mendukung kegiatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Agar dapat terus berkembang dan maju,” pungkasnya. (tim redaksi Afiliasi)


TOPIK BERITA TERKAIT: #gerindra #pengusaha-muda #tidar 

Berita Terkait

IKLAN