Rabu, 06 Agustus 2025 07:17 WIB

Ekonomi dan Bisnis

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 Capai 5,12%, Ekonom Terkejut dan Pertanyakan Validitas Data

Redaktur:
| 2 views

Ilustrasi

Afiliasi.net - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12% (yoy). Capaian tersebut mengejutkan banyak pihak, termasuk kalangan ekonom yang menyebut angka ini jauh di atas ekspektasi pasar dan menimbulkan sejumlah tanda tanya.

Kepala Ekonom BCA, David Sumual, mengaku tak menduga pertumbuhan ekonomi bisa menembus angka 5%, mengingat tekanan yang masih kuat pada konsumsi masyarakat dan sektor manufaktur sepanjang periode tersebut.

“Cukup surprising. Tidak ada yang prediksi di atas 5%, apalagi 5,12%,” ujar David kepada CNBC Indonesia, Selasa (5/8) dilansir dari cnbcindonesia.

David menyoroti lonjakan investasi yang disebut BPS tumbuh 6,99%, serta pertumbuhan sektor manufaktur yang mencapai 5,68%. Menurutnya, angka tersebut melesat tajam dibanding tren yang sebelumnya stagnan di kisaran 4%.

Ekonom lain, seperti Faisal Rachman dari Permata Bank, menyebut pertumbuhan ini melampaui ekspektasi pasar yang hanya memproyeksikan kisaran di bawah 5%.

“Pertumbuhan PDB yang mencapai 5,12% jelas lebih kuat dari perkiraan,” tegas Faisal.

Senada, Hosianna Evalita dari Bank Danamon menilai lonjakan investasi tetap (PMTB) seharusnya belum cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan secara signifikan, karena masih didominasi belanja modal pemerintah dan impor barang modal.

Myrdal Gunarto dari Maybank Indonesia juga menyebut data ini mengejutkan, karena tak ada proyeksi pasar yang menunjukkan potensi ekonomi tumbuh di atas 5% untuk kuartal ini.

Kejanggalan Data Dipertanyakan

Di sisi lain, sejumlah ekonom dari lembaga think tank menganggap data pertumbuhan tersebut janggal. Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira mempertanyakan sinkronisasi data pertumbuhan sektor manufaktur dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang masih berada di zona kontraksi.

Menurut S&P Global, PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2025 tercatat 49,2 — di bawah ambang ekspansi 50,0 — dan menandai kontraksi selama empat bulan berturut-turut.

“Pertumbuhan industri pengolahan tidak sinkron dengan data PMI. Ini ada yang janggal,” tegas Bhima.

Kritik serupa disampaikan Head of Macroeconomics & Finance INDEF, M. Rizal Taufikurahman. Ia menyebut capaian 5,12% memang mengejutkan, namun tidak menunjukkan adanya perubahan struktural ekonomi.

“Kita hanya melihat repetisi musiman, bukan pertumbuhan yang ditopang produktivitas jangka panjang,” jelas Rizal.

Ia menambahkan bahwa pertumbuhan masih ditopang konsumsi rumah tangga, impor (11,65%), dan PMTB, sementara konsumsi pemerintah justru mencatat kontraksi -0,33%. Ia memperingatkan, struktur pertumbuhan yang terlalu bergantung pada konsumsi dan impor tanpa penguatan sisi produksi dan ekspor bisa membuat ekonomi rentan terhadap guncangan eksternal.

“Pertumbuhan headline memang impresif, tapi belum menjawab tantangan struktural. Ini rawan tidak sustain,” tutup Rizal.(*)


TOPIK BERITA TERKAIT: #ekonomi-indonesia-naik-di-kuatral-ii-tahun-2025 #ekonom-soroti-kejanggalan-data #bps-ri 

Berita Terkait

IKLAN