Samarinda, Afiliasi.net – Pembelajaran tatap muka (PTM) di Samarinda hampir berjalan selama dua pekan sudah. Sebanyak 54 sekolah dibuka secara terbatas oleh Pemerintah Kota Samarinda pada Senin 20 September 2021 lalu.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Samarinda, Asli Nuryadin, salah satu alasan dibukanya PTM lantaran istilah learning loss atau kemunduran proses akademik akibat pandemi Covid-19, sudah benar-benar terjadi di Kota Tepian.
Menurutnya, hal itu tak bisa diselesaikan hanya dengan kata “sim sa la bim” semata. Melainkan, diperlukannya penyesuaian secara bertahap oleh masing-masing pihak sekolah.
“Suasana murid haru happy dulu, ketertinggalan (pelajaran) itu sudah pasti terjadi. Makanya kami meyakinkan pihak sekolah dan orang tua siswa, agar dalam pembelajaran saat ini yang penting itu menyegarkan suasana sekolah dan psikologi anak dahulu,” ucapnya saat dikonfirmasi, Senin 4 Oktober 2021.
Bahaya leraning loss tersebut rupanya turut disadari oleh anggota Komisi IV DPRD Samarinda, Deny Hakim Anwar. Sebab itu pihaknya mendukung penuh PTM yang tengah berjalan hampir dua pekan belakangan.
"Meski, proses vaksinasi di Samarinda untuk penerapan PTM berada di bawah rata-rata nasional. Yakni 37,60 persen pada dosis pertama dan 18,2 persen pada dosis kedua. Sedangkan dari pusat standarnya di angka sekitar 40-an," ungkap Deny belum lama ini.
Menurutnya, penerapan PTM di sekolah-sekolah saat ini tidak bergantung pada capaian vaksinasi. Namun, status level PPKM yang diputuskan pemerintah pusat
“Jadi kebijakan wali kota untuk membuka PTM itu telah diatur dalam Inmendagri, bahwa kalau PPKM level 2 PTM bisa dilaksankan secara terbatas, maksimal 50 persen dari kapasitas,” terangnya.
Deny menyatakan, alasan dirinya mendukung PTM bisa tetap dijalankan lantaran pembelajaran secara daring (dalam jaringan) yang hampir 2 tahun berjalan membuat proses belajar murid-murid tidak optimal. Utamanya adalah siswa-siswi yang masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD).
Berdasarkan inspeksi mendadak (sidak) Komisi IV ke sekolah-sekolah beberapa waktu lalu, terpantau beberapa murid masih belum mengerti materi yang sebelumnya diajarkan secara virtual. Proses pembelajaran secara daring diduga kuat membuat siswa-siswi mengalami ketertinggalan pelajaran.
"Barangkali tidak mengerti secara menyeluruh. Artinya, kami waktu melaksanakan sidak saat PTM dilaksanakan itu, masih banyak sekali anak-anak yang belum paham tentang apa yang diajarkan saat via daring," urai Deny.
Ia menambahkan, jika 54 sekolah yang tengah dibuka secara bertahap dan terus dievaluasi Pemkot Samarinda itu berjalan baik, maka pihaknya bakal merekomondasikan sekolah-sekolah lainnya untuk turut dibuka.
"Tetap prokes dijaga, pelaksanaan ada pembatasan. Kemudian anak yang sakit dianjurkan untuk tidak usah masuk," urainya.
Selain itu, Deny meminta kepada Dinas Pendidikan Samarinda agar Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) bisa terintegrasi dengan puskesmas yang ada. Sebagai langkah antisipasi semisal terjadi hal yang tak diinginkan.
"Kami minta Disdik terintegrasi dengan Puskesmas," imbuhnya. (*)
TOPIK BERITA TERKAIT:
#dprd-samarinda #deny-hakim-anwar