Arsjad Rasjid saat berada dalam forum Driving Inclusive Growth: Innovation, Industrialization and Energy Transition for Job Creation” yang diselenggarakan di Universitas Paramadina dan diliput pada Minggu,(20/7/25)
Afiliasi.net - Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid, menyampaikan kekhawatirannya terhadap terus menurunnya daya beli masyarakat Indonesia. Ia menyebut, situasi ekonomi saat ini memperlihatkan bahwa sebagian masyarakat bahkan sudah tidak memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar.
Dilansir dari detikfinance, Pernyataan tersebut disampaikan Arsjad dalam forum ekonomi nasional bertajuk “Driving Inclusive Growth: Innovation, Industrialization and Energy Transition for Job Creation” yang diselenggarakan di Universitas Paramadina dan diliput pada Minggu, 20 Juli 2025.
“Fokus saat ini yang harus diperhatikan serius bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi yang hanya 4,7 persen, tapi adalah daya beli masyarakat yang terus menurun. Masyarakat bisa dikatakan tidak punya uang saat ini. Karena itu daya beli turun,” kata Arsjad.
Pertumbuhan Tak Sejalan dengan Konsumsi
Meski data makroekonomi menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 4,7 persen, Arsjad menegaskan bahwa capaian tersebut belum mencerminkan kondisi riil di lapangan. Ia menyebut, indikator pertumbuhan belum menjawab tantangan utama yang dirasakan masyarakat, yakni rendahnya pendapatan yang dapat dibelanjakan.
Menurutnya, konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi justru mengalami tekanan. Kenaikan harga kebutuhan pokok, tingginya biaya transportasi, hingga ketidakpastian pekerjaan membuat banyak warga memilih menahan pengeluaran.
Pengusaha Rasakan Dampaknya Langsung
Penurunan daya beli masyarakat dirasakan langsung oleh pelaku usaha, terutama sektor ritel dan UMKM. Banyak pengusaha melaporkan penurunan omzet, pembatalan pesanan, serta tingginya barang yang tidak laku terjual.
“Bisnis jalan tapi barang nggak keluar. Konsumen datang lihat-lihat tapi nggak beli, karena memang tidak ada uang untuk belanja,” ujar salah satu pelaku UMKM di Jakarta, menanggapi kondisi pasar saat ini.
Butuh Inklusi Ekonomi dan Inovasi
Arsjad menekankan pentingnya mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, tidak hanya fokus pada angka pertumbuhan tetapi juga pada distribusi manfaat ekonomi. Ia menyarankan agar pemerintah dan sektor swasta bekerja sama memperluas lapangan kerja, meningkatkan daya saing industri, serta mempercepat transformasi energi dan teknologi.
“Kalau masyarakat tidak merasa pertumbuhan itu hadir di kantong mereka, maka angka pertumbuhan hanya akan jadi statistik,” tambahnya.
Tantangan Ke Depan
Penurunan daya beli masyarakat menjadi sinyal penting bagi pemerintah untuk meninjau kembali arah kebijakan fiskal, upaya stabilisasi harga, dan penciptaan lapangan kerja produktif. Tanpa intervensi nyata, krisis daya beli bisa berdampak luas pada kelangsungan usaha kecil hingga konsumsi nasional secara keseluruhan.(*)
TOPIK BERITA TERKAIT:
#daya-beli-masyarakat-menurun #arsjad-rasjid #banyak-masyarakat-saat-ini-tak-punya-uang #kadin