Senin, 07 April 2025 09:16 WIB

Ekonomi dan Bisnis

Rupiah Tembus Rp17.261 per Dolar AS, Terendah Sepanjang Sejarah

Redaktur: Redaksi
| 0 views

Ilustrasi

Afiliasi.net — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan, menembus level Rp17.261 per dolar AS di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) pada Senin (7/4) pukul 10.43 WIB. Ini merupakan posisi terlemah dalam sejarah nilai tukar mata uang Garuda.

Menurut data Refinitiv, posisi tersebut menunjukkan pelemahan tajam dibandingkan penutupan perdagangan reguler terakhir pada Kamis (27/3), sebelum libur Lebaran, di mana rupiah masih berada di level Rp16.555 per dolar AS.

Pasar NDF merupakan pasar luar negeri yang memperdagangkan mata uang berdasarkan kurs tertentu untuk jangka waktu tertentu. Meski tidak tersedia di Indonesia, pasar ini kerap memengaruhi psikologi pelaku pasar spot domestik.

Dampak Kebijakan Tarif AS

Pelemahan rupiah terjadi di tengah gejolak global, menyusul kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif resiprokal terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia. Tarif ini dikenakan hingga 32% akibat defisit perdagangan AS terhadap Indonesia.

Ekonom menilai kebijakan tersebut dapat memukul ekspor Indonesia karena harga barang menjadi lebih mahal di pasar AS, yang berpotensi mengurangi permintaan. Dampaknya, suplai dolar ke Indonesia menurun, memicu tekanan lebih lanjut terhadap rupiah.

Tanggapan Analis Internasional

Ekonom Senior Bank DBS, Radhika Rao, mengatakan bahwa sentimen risiko kian melemah usai pengumuman tarif tinggi oleh AS.

“Sebelum adanya tarif pun, tekanan domestik sudah lebih dulu melemahkan rupiah. Kebijakan ini memperburuk sentimen,” ujar Radhika di kutip dari Cnbcindonesia pada Senin (7/4/2025)

Ia memperkirakan otoritas Indonesia akan mengambil langkah negosiasi bilateral untuk meredakan ketegangan perdagangan.

Sementara itu, Hirofumi Suzuki, Chief FX Strategist di Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), menyebut depresiasi rupiah juga disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global.

“Jangan panik. Ini bukan kesalahan bank sentral Indonesia, tapi akibat faktor eksternal,” kata Hirofumi.

“Sikap hati-hati sangat penting agar bisa merespons kondisi secara cermat.”

Pemerintah Tempuh Jalur Diplomasi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Indonesia memilih jalur negosiasi untuk menghadapi kebijakan tarif AS.

“Kita diberi tenggat sampai 9 April untuk merespons. Pemerintah tengah menyiapkan rencana aksi, mempertimbangkan dampaknya terhadap impor dan investasi dari AS,” ujar Airlangga dalam rapat koordinasi terbatas.

Bank Indonesia Pastikan Intervensi

Bank Indonesia menyatakan komitmennya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, mengatakan BI memantau ketat dinamika pasar global dan domestik pasca pengumuman tarif oleh AS dan retaliasi dari China.

“BI mengoptimalkan strategi triple intervention — intervensi di pasar spot, DNDF, dan SBN — untuk menjaga kecukupan likuiditas valas dan keyakinan pelaku pasar,” kata Ramdan.

BI juga mencatat bahwa pasar global mengalami koreksi, dengan penurunan tajam pada indeks saham dan yield US Treasury setelah retaliasi China diumumkan pada 4 April.(*)


TOPIK BERITA TERKAIT: #rupiah #anjlok #terendah #sepanjang #sejarah #trump #kebijakan #bank-indonesia #17200 

Berita Terkait

IKLAN